Pada tahun 2002 Uni Eropa sepakat bahwa sejak 1 Januari 2005 Standar Pelaporan Keuangan Standar Akuntansi Internasional / Internasional akan berlaku untuk laporan keuangan konsolidasi perusahaan yang terdaftar Uni Eropa.
Untuk dapat disetujui untuk digunakan di Uni Eropa , standar harus disetujui oleh Komite Akuntansi Regulatory ( ARC ) , yang mencakup perwakilan dari pemerintah negara anggota dan disarankan oleh sekelompok pakar akuntansi dikenal sebagai European Financial Reporting Advisory Group ( fr ) . Akibatnya IFRS yang diterapkan di Uni Eropa mungkin berbeda dari yang digunakan di tempat lain.
Bagian dari standar IAS 39 : Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran awalnya tidak disetujui oleh ARC . IAS 39 kemudian diubah, menghapus pilihan untuk merekam kewajiban keuangan pada nilai wajar, dan ARC menyetujui versi diubah. The IASB bekerja sama dengan Uni Eropa untuk menemukan cara yang dapat diterima untuk menghapus anomali yang tersisa sehubungan dengan akuntansi lindung nilai. The World Bank Centre for Reform Pelaporan Keuangan bekerja sama dengan negara-negara di kawasan ECA untuk memfasilitasi adopsi IFRS dan IFRS untuk UKM.
Sementara IASB menetapkan tanggal efektif untuk standar baru konsolidasi IFRS 10 Laporan Keuangan Konsolidasi, IFRS 11 Pengaturan Joint dan IFRS 12 Pengungkapan Kepentingan Entitas lain di 1 Januari 2013, ARC memutuskan untuk menunda tanggal efektif wajib bagi perusahaan terdaftar di Uni Eropa dengan satu tahun . Standar karena itu hanya berlaku efektif pada 1 Januari 2014.
Komisi Eropa telah meluncurkan analisis umum mengenai dampak dari 8 tahun penggunaan standar pelaporan keuangan internasional ( IFRS ) di Uni Eropa untuk penyusun dan pengguna laporan keuangan dari sektor swasta. Studi ini akan mencakup penilaian secara keseluruhan apakah Peraturan 1606/2002 dari Parlemen Eropa dan Dewan ( ' IAS Peraturan ' ) telah memenuhi tujuan awal dua kali lipat untuk memastikan tingkat tinggi transparansi dan komparabilitas laporan keuangan Eropa perusahaan dan fungsi efisien dari pasar , dibandingkan dengan situasi sebelum implementasi IFRS pada tahun 2005. Hal ini juga akan mencakup analisis biaya-manfaat dan penilaian dan analisis manfaat dan kekurangan yang dibawa oleh Peraturan IAS untuk kelompok pemangku kepentingan yang berbeda
Sejarah akuntansi uni eropa
A. Perkembangan ekonomi Vietnam
Kawasan Asia Pasifik muncul sebagai suatu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang paling cepat di dunia salah satu-nya adalah negara Vietnam. Vietnam merupakan negara yang pertumbuhan ekonominya selalu tinggi dalam 10 tahun belakangan. Pada tahun 2007 pertumbuhan itu bahkan mencapai 8,5 persen atau yang tertinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonominya sebesar 7,5 persen. Bank-bank di sana juga tercatat paling agresif menyalurkan kredit akibat tingginya permintaan akan bahan bangunan dan material lainnya untuk sektor properti.
Perekonomian Vietnam berada dalam masa transisi dari ekonomi terpusat yang direncanakan murni berdasarkan pertanian ke pasar ekonomi sosialis. Seperti yang tertulis dalam karya Nirmala Ayu Nunggraini (2010), pada tahun 1986, Vietnam memulai pada sebuah reformasi ekonomi yang dikenal sebagai ‘Doi Moi’ yang membuka jalan bagi Vietnam. Pada dasarnya, reformasi ekonomi ini termasuk rencana yang diarahkan pada pengembangan pasar multi-sektoral, mereformasi perbankan, hukum, fiskal dan moneter sistem, mengendalikan inflasi dan anggaran nasional; dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menarik investasi, khususnya investasi langsung asing. Pertumbuhan tahunan dalam PDB rata-rata 8,2% untuk periode 1991-1995, dan pertumbuhan beberapa tahun ke depan diharapkan berada dalam kisaran 9-10%. Meskipun PDB per kapita masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, jelas ada potensi kuat untuk pertumbuhan dan investor asing telah berkelompok sejak proses reformasi dimulai.
Pertumbuhan produksi industri total telah melebihi 10% per tahun sejak tahun 1991. Oleh karena itu, industri dan konstruksi bersama-sama membentuk sekitar 30% pada tahun 1995, naik dari 23% pada tahun 1990. Demikian pula, sektor jasa telah berkembang menjadi 43% dari total PDB, naik dari 39% pada tahun 1990. Hal ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi Vietnam bergeser dari pertanian menuju industri dan jasa.
Vietnam juga telah berhasil mengendalikan inflasi, yang telah turun dari angka tiga digit sebelum reformasi menjadi 5,2% pada tahun 1993, 14,4% pada tahun 1994 dan 12,7% yang diharapkan pada tahun 1995. Ini merupakan prestasi cukup signifikan dalam waktu singkat. Pertumbuhan dalam perdagangan internasional Vietnam juga amat mengesankan. Hal ini dapat dilihat dari ekspor pada tahun 1994 total US $ 4050000000, yang mengalami kenaikan dari US $ 2,4 miliar pada tahun 1990, sedangkan total impor lebih dari dua kali lipat, dari US $ 2750000000 menjadi US $ 5830000000 pada tahun 1990 dan 1994. Pertumbuhan impor ini tentu saja didorong oleh permintaan atas barang modal, mengikuti aliran kuat dari investasi langsung asing.
Pada saat ini mitra dagang utama Vietnam adalah Jepang, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Korea dan Uni Eropa, dan perdagangan dengan negara Asia merupakan 80% dari total keseluruhan perdagangan. Sebelum tahun 1990, mitra utama Vietnam dalam perdagangan adalah negara-negara sosialis terutama Uni Soviet. Pada masa sekarang, Vietnam telah memperluas pasar di luar negerinya dengan mempromosikan industri berorientasi ekspor dan menempatkan penekanan pada substitusi impor barang-barang manufaktur.
Di sisi lain pertumbuhan ekonomi tinggi tak bisa dipungkiri telah memicu tumbuhnya kelas menengah di Vietnam. Kelas itu, kini bermunculan di Hanoi dan Ho Chi Minh, dua kota terbesar di Vietnam dan membelanjakan uangnya untuk menjemput kemewahan. Pada umumnya para remaja dan pemuda di Vietnam mulai menerapakan gaya hidup hedonis seiring mereka mencari gaya hidup modern. Sementara para wanitanya mulai menyukai membeli produk-produk dengan merek yang mendunia seperti Louis Vuitton, Bulgari dan Cartier. Louis Vuitton bahkan berencana meningkatkan gerainya di Hanoi sampai tiga lantai untuk mengantisipasi banyaknya pembeli. Hitungan itu dibuat berdasarkan jumlah pembeli yang mencapai 170 orang setiap minggu dengan nilai belanja US$ 5 ribu per orang
Pendapatan per kapita Vietnam memang hanya berkisar US$ 480 atau masih jauh lebih kecil dari pendapatan per kapita Indonesia yang mencapai US$ 830 atau Thailand yang sebesar US$ 1.987. Namun hampir setiap akhir pekan, gerai-gerai mebel dan elektronik di Hanoi penuh sesak dipadati pengunjung. Mereka datang bukan hanya sekadar untuk cuci mata, namun juga menghamburkan uang: membeli sofa kulit seharga US$ 2.500 atau televisi layar datar berukuran 50 inci seharga US$ 11 ribu.
Banyak faktor yang berperan untuk kenyataan konsumsi yang mencolok itu. Beberapa analis menghubungkannya dengan korupsi pemerintah dan booming di sektor properti. Namun tumbuhnya sektor swasta dalam empat tahun terakhir, telah menyulap banyak keluarga di kota-kota besar mempunyai lebih banyak uang dibanding masa sebelumnya. Banyak dari kekayaan mereka yang tak terdata dan terbebas dari pajak.
Kalkulasi yang dibuat oleh Bank Dunia pada 2002, juga mengejutkan. Di dua kota besar itu, setiap US$ 1 yang dibelanjakan penduduknya berharga lima kali lebih besar dibanding nilai yang sama yang digunakan di Amerika. Dengan kalimat lain, setiap empat orang di Hanoi dan Ho Chi Minh sebenarnya telah membelanjakan US$ 20 ribu pada tahun itu.
Apa yang terjadi di Hanoi dan Ho Chi Minh memang terasa timpang jika dibandingkan dengan daya beli sebagian besar penduduk Vietnam yang tinggal di pedesaan, karena setiap empat penduduk pedesaan hanya membelanjakan US$ 2.500 atau delapan kali lebih kecil. Pertumbuhan ekonomi tampaknya memang selalu menciptakan jarak antara yang miskin dan kaya. Masalahnya menurut hitungan Bank Dunia, jarak itu masih belum selebar ketimpangan yang terjadi di Cina. Karena di Vietnam, meskipun sedikit, penduduk desanya juga mulai menikmati kemakmuran. Mereka juga diuntungkan dengan kiriman dari keluarga mereka yang bekerja di Hanoi dan Ho Chi Minh.
B. Standar Akuntansi Vietnam
Globalisasi membawa pengaruh mendasar pada pergerakan informasi dan perpindahan modal. Multi National Corporation (MNC) beroperasi di berbagai negara dengan berbagai macam standar pelaporan keuangan. Sementara itu dalam pengambilan keputusan investasi, investor memerlukan informasi ekonomi dari perusahaan terkait. IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju ke dalam satu standar pelaporan. Satu per satu negara di dunia saat ini mulai mengadopsi IFRS.
Di Vietnam, dalam menyusun standar akuntansinya telah mengadopsi IFRS. Standar akuntansi ini berlaku bagi semua jenis perusahaan termasuk perusahaan yang terdaftar di bursa. IFRS (International Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk mempekuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.
Adopsi Penuh Standar Akuntansi Internasional
Adopsi penuh standar akuntansi internasional adalah mengadopsi standar akuntansi internasional secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di suatu negara. Adopsi dan implementasi standar akuntansi internasional (IAS) yang sekarang menjadi International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah suatu yang mudah.
Pengadopsian IFRS di Vietnam dipengaruhi oleh :
1. Tingkat pendidikan merupakan pilar penting dalam perkembangan standar akuntansi modern. Keputusan adopsi IFRS merupakan langkah strategis dan penting yang memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi, kompetensi, dan kepakaran dalam memahami standar. Pertimbangan profesional dan kepakaran akuntan tentunya hanya dapat diperoleh melalui tingkat pendidikan yang tinggi. Negara dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mampu mencapai kompetensi ini sehingga mendukung adopsi IFRS.
2. Keberadaan pasar modal suatu negara akan mendorong negara dalam menerapkan standar akuntansi yang baik demi menjamin kualitas informasi yang berguna bagi investor. Di negara yang memiliki pasar modal, organisasi penyusun standar cenderung menerapkan sistem akuntansi yang menjamin dihasilkan informasi keuangan yang berkualitas dan berguna bagi investor. Keberadaan pasar modal saja tidak cukup, perkembangan pasar modal yang berbeda di setiap negara akan menunjukkan perhatian yang berbeda terhadap perlunya sistem akuntansi yang berkualitas.
3. Perekonomian yang terbuka untuk diakses oleh investor luar negeri akan membawa manfaat tersendiri. Semakin terbukanya ekonomi, maka semakin besar kemampuan negara untuk menarik modal asing untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Negara dengan perekonomian yang terbuka, akan mendapat banyak tekanan beragam dari kepentingan pihak internasional baik investor luar negeri, MNC, kantor akuntan internasional, dan institusi keuangan internasional. Tekanan pihak eksternal tersebut merupakan dorongan utama untuk mewujudkan kualitas informasi akuntansi yang lebih baik dengan meningkatkan keterbandingan sehingga mendorong adopsi IFRS.
4. Negara dengan mekanisme perlindungan investor yang lemah akan semakin tinggi kemungkinannya mengadopsi IFRS sebagai upaya meningkatkan perlindungan investor melalui penyajian informasi keuangan yang komprehensif dan dapat dibandingkan melalui standar internasional. Negara dengan tingkat perlindungan investor yang semakin rendah akan memiliki insentif untuk mengadopsi IFRS guna mengurangi resiko ekspropriasi terhadap pemegang saham non sepengendali.
5. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan perkembangan sistem akuntansi. Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadikan fungsi akuntansi sebagai instrumen pengukuran dan komunikasi yang penting. Aktivitas bisnis dan perekonomian menjadi semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, sehingga memerlukan standar akuntansi yang semakin baik dan berkualitas seperti IFRS.
6. Kualitas regulator yang semakin baik di negara berkembang akan meningkatkan kemungkinan adopsi IFRS. Negara yang mengadopsi IFRS mengharapkan bahwa adopsi IFRS akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang berguna bagi pengambilan keputusan alokasi modal untuk meningkatkan perkembangan sektor swasta.
7. Keberadaan standar akuntansi lokal yang berarti bahwa negara dengan perkembangan stanar yang sebelumnya mengacu ke standar akuntansi internasional akan semakin mungkin untuk mengadospi IFRS dibandingkan negara dengan perkembangan standar akuntansi yang tidak mengacu ke standar internasional karena tidak menimbulkan biaya pelaihan yang besar.
8. Faktor irasional lain yaitu karena ingin memperoleh legitimasi eksternal misalnya mitra utama perdagangan atau karena ketergantungan politis dengan negara tertentu atau kelompok kerja sama tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar